Rabu, 23 November 2016

IMAN DAN PERWUJUDAN MASYARAKAT YANG ADIL DAN TERBUKA SERTA DEMOKRATIS



MAKALAH STUDI ISLAM
“IMAN DAN PERWUJUDAN MASYARAKAT YANG ADIL DAN TERBUKA SERTA DEMOKRATIS”
Tugas ini dibuat untuk melengkapi mata kuliah Studi Islam








Disusun oleh :
Aida Maqbullah
Nabilla Fauziyah
Andini Nursyarifah


PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

            Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya. Serta tak lupa pula kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman. Amiin.
            Makalah ini kami susun guna memnuhi tugas mata kuliah STUDI ISLAM oleh dosen pengampu Bpk. Syihabuddin. Kami ucapkan terima kasih kepada beliau atas bimbingan dan saran sehingga terwujudnya makalah ini.
            Tidak ada yang sempurnya di dunia ini selain Allah SWT. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun, kami harapkan agar terciptanya pendekatan kepada taraf yang sempurna. Dan semoga apa yang tersajikan dalam makalah ini berguna bagi pembaca pada umumnya.

Terima kasih J
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
            Gambaran masyarakat yang adil, terbuka, dan seterusnya telah diperankan dengan baik oleh masyarakat klasik islam. Kini, masyarakat modern islam mencoba untuk kembali memerankan keluhuran dan peradaban mereka. Fakta bahwa masyarakat salaf berada pada zaman yang berdekatan dengan tugas Nabi Muhammad dalam mengemban risalah Islam. Tetapi tugas merealisasikan tatanan kehidupan berperadaban ideal itu akan terus berlangsung. Upaya menghidupkan keadaan di masa klasik islam memang sampai saat ini belum berhasil.
B. Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Keadaan pada Masa Klasik Islam?
2.      Bagaimana Hubungan Iman dan Prinsip Keadilan?
3.      Bagaimana Hubungan Iman dan Keterbukaan?
4.      Bagaimana Hubungan Iman dan Demokrasi?
C. Tujuan Pembahasan Makalah
1.      Memahami Keadaan pada Masa Klasik Islam.
2.      Mengetahui Hubungan Iman dan Prinsip Keadilan.
3.      Mengetahui Hubungan Iman dan Keterbukaan.
4.      Mengetahui Hubungan Iman dan Demokrasi.



BAB II
PEMBAHASAN
A. Masa Klasik Islam
            Kebanyakan orang muslim pada masa klasik Islam (Salaf) itu telah banyak tercampur dengan unsur-unsur pandangan yang terbentuk dalam sejarah. Karena itu bisa tidak murni lagi, dan masa klasik itu justru perlahan-lahan tumbuh menjadi semacam terra incognita.
            Sebagai masyarakat egaliter partisipatif, masa klasik Islam itu menyerupai benar gambaran sebuah masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis seperti dalam konsep-konsep social-politik modern. Sifat egaliter dan partisipatif itu telah nampak dalam berbagai keteladanan Nabi sendiri, demikian pula dalam keteladanan para khalifah yang bijaksana.
B. Iman dan Prinsip Keadilan
            Keterkaitan iman dengan prinsip keadilan nampak dengan jelas dalam berbagai pernyataan kitab suci, bahwa Tuhan adalah Maha Adil, dan bagi manusia perbuatan adil adalah tindakan persaksian untuk Tuhan. Karena itu menegakkan keadilan adalah perbuatan yang paling mendekati taqwa atau keinsafan ketuhanan dalam diri manusia.
            Rasa keadilan berdasarkan iman harus menyatakan ke luar detik hati nurani yang paling mendalam. Keadilan imani itu terkait erat dengan ihsan, yaitu keinginan berbuat baik untuk sesama manusia secara semurni-murninya dan setulus-tulusnya, karena kita bertindak dihadapan Tuhan untuk menjadi saksi bagi-Nya, yang dihadapan-Nya itu segala kenyataan, perbuatan dan detik hati nurani tidak akan pernah dirahasiakan.
            Pengertian adil dalam kitab suci juga terkait erat dengan sikap seimbang dan menengahi, dalam semangat moderasi dan toleransi, yang dinyatakan dengan istilah wasat (pertengahan). Sikap seimbang itu memancar langsung dari semangat Tauhid atau keinsafan mendalam akan hadirnya Tuhan yang Maha Esa dalam hidup, yang berarti antara lain kesadaran akan kesatuan tujuan dan makna hidup seluruh alam ciptaan-Nya.
C. Iman dan Keterbukaan
            Iman kepada Allah, yang menumbuhkan rasa aman dan kesadaran mengemban amanat Ilahi itu, menyatakan diri ke luar dalam sikap-sikap terbuka, percaya kepada diri sendiri (karena bersandar, yakni tawakal kepada Tuhan).
            Lebih dari itu, sikap terbuka kepada sesame manusia, dalam kedalaman jiwa saling menghargai namun tidak lepas dari sikap kritis, adalah indikasi adanya petunjuk dari Tuhan, karena memang sikap itu sejalan dengan rasa keutuhan atau taqwa.
            sikap kritis yang mendasari keterbukaan itu merupakan konsistensi iman yang amat penting karena, merupakan kelanjutan sikap pemutlakan yang ditujukan hanya kepada tuhan, dan penisbian segala sesuatu selain Tuhan.
            Seseorang hendaknya mengikuti sesuatu hanya bila ia memahaminya melalui metode ilmu (kritis), dan bahkan dalam hal ajaran-ajaran suci seperti agama hendaknya ia tidak menerimanya bagaikan orang yang tuli dan buta. Sekalipun agama lebih tinggi daripada akal, karena ia sejalan dengan akal atau tidak bertentangan dengannya, maka hendaknya didekati melalui jalan argumen yang masuk di akal.
D. Iman dan Demokrasi
            Prinsip-prinsip keadilan dan keterbukaan saling terkait karena kedua-duanya merupakan konsistensi iman dalam dimensi kemanusiaan. Terlihat pula keterkaitan antara nilai-nilai itu dengan demokrasi, yaitu pengaturan tatanan kehidupan atas dasar kemanusiaan, yakni kehendak bersama.
Iman kepada Allah menuntut agar segala perkara antar manusia diselesaikan melalui musyawarah, yang dengan sendirinya adalah suatu proses timbale balik antara para pesertanya, dengan hak dan kewajiban yang sama.


BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Fakta bahwa masyarakat salaf berada pada zaman yang berdekatan dengan tugas Nabi Muhammad dalam mengemban risalah Islam. Tetapi tugas merealisasikan tatanan kehidupan berperadaban ideal itu akan terus berlangsung. Upaya menghidupkan keadaan di masa klasik islam memang sampai saat ini belum berhasil. Kebanyakan orang muslim pada masa klasik Islam (Salaf) itu telah banyak tercampur dengan unsur-unsur pandangan yang terbentuk dalam sejarah. Karena itu bisa tidak murni lagi, dan masa klasik itu justru perlahan-lahan tumbuh menjadi semacam terra incognita. Iman kepada Allah menuntut agar segala perkara antar manusia diselesaikan melalui musyawarah, yang dengan sendirinya adalah suatu proses timbal balik antara para pesertanya, dengan hak dan kewajiban yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar