Rabu, 23 November 2016

AL-HASANAH



Nama               : Andini Nursyarifah (11150530000049)
Jurusan            : Manajemen Dakwah 1B
Tugas               : Tasawuf (formatif 3)

Tugas Kuliah
1.      Sebutkan langkah-langkah menguatkan nurani agar menjadi pribadi yang memiliki integritas?
a.       Berbicara sesuai kenyataan
b.      Memenuhi sesuai apa yang dijanjikan
c.       Konsisten dala perkataan dan perbuatan

2.      Bagaimana analisis Anda tentang pribadi yang berilmu, tetapi tidak bermoral?
Dalam kitab mukhtarul hadits :
“barang siapa yang bertambah ilmunya tapi tidak bertambah zuhud di dunia, dia tidak akan bertambah dekat kepada Allah melainkan bertmabah jauh” (HR. Ad-Dailami dari ‘Ali)

3.      Jelaskan konsep al-hasanah secara komprehensif?
Al-hasanah sebagaimana dikemukakan oleh Al-raghib al- Asfahani adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang disukai atau dipandang baik. Al-hasanah terbagi menjadi 3 bagian, pertama hasanah dari segi akal, kedua dari segi hawa nafsu/keinginan dan hasanah dari segi pancaindera. Pemakaian kata al-hasanah kta jumpai pada ayat-ayat yang berbunyi :
“ajaklah manusia menuju Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik (Q.S al-Nahl, 16: 125)”.

4.      Bagaimana langkah-langkah mewujudkan al-hasanah dalam kehidupan keluarga?
Al-Hasanah yang cenderung pada baik, indah dan nikmat yang membuat seseorang merasakan kepuasan atau kebahagiaan juga bisa diwujudkan dalam kehidupan keluarga atau dalam ruang lingkup keluarga dengan kata lainya adalah keharmonisan keluarga, dalam mewujudkan Al-Hasanah di kehidupan keluarga perlu adanya langkah-langkah dalam mewujudkanya agar dalam menerapkan Al-Hasanah di keluarga dapat terorganisir dengan rapih serta efektif. Pertama, dalam mewujudkan Al-Hasanah dalam kehidupan kelurga adalah dengan saling memahami, menerima, memaklumi dan memperbaiki segala apa yang ada di keluarga baik dan buruknya keluarga dapat kita kuasai sehingga kita dapat memahami bagaimana kekurangan dan kelebihan dalam keluarga tersebut, lalu setelah memahami adalah menerima bahwa itulah yang ada dalam keluarga. Yang ketiga memaklumi apa adanya baik itu kekurangan maupun kelebihan keluarga tersebut. Setelah itu yang terakhir adalah memperbaiki, dalam artian memperbaiki segala kekurangan atau keburukan dalam keluarga sehingga tidak terulang kembali, lalu memperbaiki segala kelebihan atau kebaikan agar bisa berjalan secara terus-menerus, setelah itu semua telah dilakukan maka akan terjadinya keluarga yang harmonis dan Al-Hasanah dalam kehidupan keluargapun bisa terwujud.
5.      Bagaimana Anda menangkal faham hedonisme  terutama tentang  narkotika dan seks bebas?
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masyarakat yang hedonis atau hanya memikirkan kepuasan duniawi saja atau dapat dikatakan bahwa manusia itu hanya memikirkan dirinya sendiri atau mempunyai sifat egoisme yang tinggi. Dua orientasi hedonisme era globalisasi saat ini dibedakan menjadi 2 yaitu perut (kuliner) dan dibawah perut (seksual). Penangkalan faham hedonisme itu harus diterapkan dimasyarakat apalagi dikalangan remaja dan lebih khususnya pada bidang narkoba atau narkotika dan seks bebas. Adapun cara menangkal faham hedonisme tentang narkoba dan seks bebas adalah dengan cara penyadaran akan bahaya dari narkoba dan seks bebas, setelah itu adanya dorongan dari teman, kerabat atau orang terdekat untuk memberi semangat dan dorongan untuk menghindari narkoba dan seks bebas dengan meyakinkanya. Ketiga adanya pengawasan khusus agar penyadaran itu dapat berjalan dengan efektif bagi pecandu narkoba dan seks bebas dan itu semua butuh waktu dan peran serta orang-orang di sekitarnya dan juga tentunya dukungan pula dari kondisi lingkungan pecandu agar pecandu sadar akan bahaya dari narkoba dan seks bebas karena masih ada orang-orang dan lingkungan yang mendukung akan adanya perubahan ke arah positif pada diri pecandu. Maka dalam metode atau cara penyadaran dan penyembuhan pecandu narkoba dan seks bebas ini dapat dikatakan bahwa ini adalah suatu bentuk penangkalan faham hedonisme tentang narkoba dan seks bebas.

6.      Bagaimana  menolak pendapat bahwa semua agama sama karena  semuanya mengajarkan  kebaikan?
Pada dasarnya islam adalah agama yang benar bukan agama yang paling benar karena jika islam adalah agama yang paling benar maka secara tidak langsung agama yang lain adalah benar. Islam adalah agama rahmatanlilalamin agama yang diridhai oleh Allah SWT, semua orang mempunyai kepuasan jasmani dan rohani dan agama termasuk kepuasan rohani. Setiap orang berhak menentukan agama apa yang dianut namun islam mengajarkan toleransi antar sesama umat beragama dan islam adalah agama yang mempermudah dan agama yang bukan mempersulit apalagi memaksa. Menolak semua agama mengajar kebaikan memang perlu karena islamlah agama yang mengajarkan kebaikan yang dilandasi dengan iman dan diridhai oleh Allah SWT, dengan berbagai contoh yaitu toleransi antar sesama umat beragama dan saling menyayangi sesama makhluk Allah SWT. Dan di agama lain tidak diajarkan kebaikan yang dilandasi dengan iman dan dihitung oleh Allah SWT merupakan suatu pahala yang dibalas di dunia dan diakhirat tetapi suatu bentuk tindakan positif belaka yang dibalas oleh Allah SWT di sunia saja karena apa saja yang dilakukan tidak dilandasi oleh keimanan kepada Allah SWT.

7.      Bagaimana melakukan tahsin dan taqbih dalam menghadapi budaya global?
Dalam cara melakukan tahsin dan taqbih atau faham baik dan buruk dalam menghadapi budaya global, tentu saja kita sebagai pelaku dalam dunia global ini harus mempunyai filtrasi atau saringan. Dimana segala apa yang baik dan buruk pasti masuk dan suatu saat bisa mempengaruhi kita baik yang disengaja maupun tidak disengaja, yang di sadari maupun tidak disadari. Oleh karena itu perlu adanya batasan-batasan penyerapan dalam menghadapi budaya global mulai dari mengelompokkanya menjadi yang baik dan yang buruk atau mana yang tergolong tahsin dan taqbih yang mana jika itu baik dan berdampak positif bagi kita dan orang lain maka hendaklah diserap. Namun, jika kebalikanya maka hendaknya ditinggalkan agar tidak menimbulkan keburukan bagi diri kita dan orang lain atau bahkan masyarakat yang lebih luas.

8.      Tulislah sebuah essai singkat tentang kritik Anda terhadap faham:  adat istiadat,  hedonisme, humanisme,  utilitarianisme dan vitalisme !
Dewasa ini banyak sekali faham-faham yang mendukung untuk manusia itu menjadi pribadi yang semakin baik dan ada pula yang sebaliknya. Beberapa diantaranya adalah faham adat istiadat, hedonisme, utilitarianisme dan vitalisme, dalam kesempatan kali ini, penulis ingin mengkritik tentang kelima faham tersebut. Yang pertama adalah faham adat istiadat, atau suatu kebudayaan yang berlaku di masyarakat. Adat istiadat dianggap baik jika mencakup 5 askpek yaitu, adat dipertahankan oleh pemangku adat, diterima sebagai kebenaran, memiliki sanksi dan penghargaan, disusun atau di kodifikasi, adanya regenerasi. Adat dari segi agama ada 3 aspek yaitu adat yang sejalan dengan agama (mahmud fi al-din), tidak sejalan dengan agama (madmum fi al-din), tidak selalu sejalan dan tidak sejalan dengan agama (mabhu fi al-din). Kritik penulis dalam faham adat istiadat ini adalah jika masyarakat terlalu fanatisme dengan adat istiadat maka apapun segala macam masukan yang bersifat membangun tetapi tidak tercantum atau sesuai dengan adatnya maka mereka akan menolaknya dan masyarakat ini sangat sulit untuk menjadi masyarakat yang lebih maju dan modern. Yang kedua adalah faham hedonisme, yang mana faham ini sangat buruk jika dimiliki oleh pribadi seseorang, apalagi jika diterapkan secara masal. Yang ada adalah kehancuran, karena dalam faham hedonisme ini pribadi akan lupa daratan yang mendewakan duniawi saja dan sifatnya foya-foya dan berakhir dengan penyesalan yang tiada guna. Yang ketiga adalah faham humanisme, dalam pengertian secara luas humanisme adalah menghormati dan memulyakan kapasitas manusia dengan intelektual, emosi dan rohani. Adapun pengertian secara sempitnya adalah, intuisisme baik buruk ditentukan oleh kekuatan batin / kata hati (ilham). Dalam faham ini manusia menjadi dan ikut serta andil dalam berjalanya faham ini dengan menghormati dan memulyakan manusia serta baik buruk sesuatu ditentukan oleh kekuatan batin / kata hati, ini semakin jelas bahwa faham ini terlalu bergantung kepada oranglain. Karena adanya kecenderungan untuk selalu atau serba menghargai antar sesama manusia. Faham ini tidaklah selalu baik karena ada oknum-oknum tertentu yang menyelewengkan faham ini dengan kegiatan jahat seperti saling menghormati antar sesama manusia yang bermaksud untuk menjilat atau bahkan bekerja sama untuk melakukan suatu kejahatan, contohnya tindak korupsi dan lain sebagainya. Keempat adalah faham utilitarianisme, dalam faham ini dapat diartikan bahwa sesuatu perbuatan dinyatakan baik bila perbuatan itu mendatangkan manfaat bagi banyak orang dan sebaliknya. Dalam faham ini terdapat kecenderungan untuk mendahulukan kebaikan bersama atau kemaslahatan umat. Yang mana apapun yang bermanfaat bagi masyarakat itu dianggap baik, faham ini tidak selalu benar, karena banyak budaya barat atau globalisasi yang tidak semua orang bisa memfiltrasi dengan baik sehingga yang tadinya budaya barat itu buruk akan dianggapnya sebagai budaya baik bagi bersama tanpa mempertimbangkan dampak-dampak yang akan terjadi jika budaya barat itu diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari di dalam kehidupan bermasyarakat. Yang terakhir adalah faham vitalisme, yaitu dapat mempunyai arti bahwa perbuatan itu mencerminkan kekuatan dan kekuasaan atau saling menjatuhkan. Faham ini sangat-sangat tidak patut dimiliki oleh setiap pribadi, karena faham ini cenderung siapa yang paling kuat dia yang berkuasa, yang kesan pertamanya tidak adanya pemerataan hak asasi sebagai sesama manusia. Dan yang sangat tidak patut diterapkan adalah saling menjatuhkan, yang mana sifat atau faham saling menjatuhkan ini sangat menyalahi dan merupakan hal buruk yang mengganggu ketentraman dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat. Oleh karena itu setiap pribadi hendaknya tidak mempunyai sifat atau faham vitalisme seperti contoh diatas karena hanya akan merugika diri sendiri dan oranglain. Begitu juga dengan faham-faham yang lain diatas perlu adanya filtrasi dalam memilah dan penilaian dari berbagai sudut pandang, faham manakah yang tepat dan baik yang akan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari dimasyarakat luas yang tentunya sesuai juga dengan kondisi lingkungan di masyarakat tersebut, sehingga menimbulkan kenyamanan dan keharmonisan dalam menjalin hubungan antar sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar