CITRA DA’I
Diajukan guna tugas memperoleh Nilai Mata Kuliah Psikologi Dakwah
Dosen Pengumpuh:
Nasichah, MA.
DisusunOleh:
Andini
Nursyarifah 11150530000049
Muhda Muhtadie 11150530000037
Leni Leanita 11150530000056
Rizky
Afriansani 11150530000059
Program Studi Manajemen Dakwah
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil’Alamiin, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Karunia
ilmu-Nya penyusun dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah yang berjudul “Citra Da’i” ini tepat
pada waktunya.
Makalah
ini membahas tentang Tugas seorang da’i, sistem komunikasi intrapersonal, dan fakor-faktor yang
mempengaruhi persepsi Da’i. Yang kami ambil
dari berbagai sumber yang bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Dakwah.
Terimakasih
kami ucapkan kepada Ibu Nasichah, MA. selaku Dosen
Mata kuliah Psikologi Dakwah atas bimbingan
yang telah diberikan dan kepada semua rekan yang membantu dalam
penyelesaian makalah ini, karena atas bantuan dan doa mereka semua kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Mohon
maaf apabila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kritik dan saran yang
membangun sangat kami butuhkan guna perbaikan tugas selanjutnya. Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Ciputat, 4 Oktober 2016
Hormat Kami,
Penyusun
DAFTAR ISI
|
|
Kata Pengantar
|
|
Daftar isi
|
|
Bab I Pendahuluan
|
|
a.
Latar Belakang
|
|
b.
Rumusan Masalah
|
|
c.
Tujuan
|
|
Bab II Pembahasan
|
|
a.
Tugas Da’i
|
|
b.
Sistem Komunikasi
Intrapersonal
|
|
c.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Persepsi pada Da’i
|
|
Bab III Penutup
|
|
Daftar Pustaka
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang da’i ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan
oleh satu kenyataan bahwa sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas
berat. Artinya, ia adalah pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah
yang amat mulia dan inti dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.
Komunikasi intrapersonal dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau
pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan
bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau
personal lebih dari satu orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa saja tugas –tugas seorang Da’i?
2.
Apa saja yang termasuk sistme
komunikasi intrapersonal dakwah?
3.
Sebutkan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi pada Da’i!
C. Tujuan
1.
Untuk memenuhi tugas mata
kuliah
Psikologi Dakwah.
2.
Untuk memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang Citra dan tugas-tugas seorang Da’i.
3.
Untuk mengetahui sistem komunikasi intrapersonal
dakwah.
4.
Untuk memberi pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada Da’i.
BAB II
PEMBAHASAN
CITRA DA’I
Seorang da’i
ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh satu kenyataan bahwa
sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah
pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah yang amat mulia dan inti
dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.
A.
Tugas Da’i
Ada tiga tugas
penting yang harus dilaksanakan seorang penjuru Da’i dalam kancah ma’rakah dakwah
(bisa dalam bentuk amal tabligh, siyasiyah/politik, hingga ghazwah/perang).
1. Seorang kader
penggerak dakwah harus punya tugas moral
untuk menjadi penggerak semua rekan- rekan seperjuangannya untuk mau
berpartisipasi dalam pemengan dakwah. Ini dilakukan dengan membangkitkan
orientasi perjuangan (ijtihad jiyadiyah) sebagai bukti kecintaan kepada Allah
dan RasulNya. [1]
“Hai Nabi, kobarkanlah semnagat mukmin itu untuk berperang. Jikada dua
puluh orang yang sabar diantara kamu, niscahya meraka dapat mengalahkan dua
ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, mereka
dapat mengalahkan seribu dari orang-orang kafir, disebabkan orang-orang kafir
adalah kaum yang tidak mengerti”[2]
2. Seorang penegak
dakwah yang sejati senantiasa mengawal perjuagan rekan- rekan perjuangannya
agar mamu menjaga syakhsiyah rabbaniyah sebagaimana telah ditempa
sebelumnya dalam proses panjang tarbiyah dan ma’rakah siyasiyah sebagai
contoh adalah medan ujian bagi soliditas kepribadian (matanah syakhsiyah) para
kader penggerak dakwah, sebagai medan aktualisasi nilai dan fikrah yang
diyakini kebenaranya serta sebagai medan tarbiyah madaniyah (pendidikan
lapangan) yang sangat berharga.
3. Seorang dakwah
yang istiqomah akan selalu melakukan konsolidasi kepribadian dan barisan dengan
rekan-rekan seperjuangannya, baik ketika bersiap maupun ketika kembali dari
medan ma’rakah (lapangan). Tidak bisa dinafikan
bahwa akan muncul masalah-masalah oprasional yang menimpa sebagian
jajaran kader dakwah sebagai konsekuensi gesekan dan benturan di lapangan
dakwah. Terutama ketika medan yang merkea masuki adalah medan ma’rakah
siyasiyah yang penuh firnah. Karena itu konsolidasi dan merapatkan barisan adalah solusi yang senantiasa dilakukan; dan
sarananya adalah ke medan tarbiyah.[3]
B.
Sistem Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi
adalah suatu faktor yang penting bagi perkembangan hidup manusia sebagai
makhluk sosial. Tanpa mengadakan komunikasi, individu tidak mungkin berkembang
dengan normal dalam lingkungan sosialnya.[4]
Komunikasi intrapersonal
dapat diartikan sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam
diri komunikator sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal
adalah komunikasi yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu
orang. R Wayne Pace mengatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah
Proses komunikasi yang berlangsung antara 2 orang atau lebih secara tatap muka.
Geoffrey
Gordon (melalui Suranto Aw 2011:55) mendefinisikan system sebagai suatu agregasi atau kumpulan
objek-objek yang terangkai dalam sebuah pola interaksi dan saling
ketergantungan yang teratur. Togar M. Simatupang (melalui Suranto Aw 2011:55) menyebutkan lima unsur utama
yang terdapat dalam sistem, yaitu:
1.
Elemen-elemen atau bagian-bagian
2. Adanya interaksi atau hubungan
antarelemen-elemen atau bagian-bagian
3. Adanya sesuatu yang mengikat
elemen-elemen atau bagian-bagiantersebut menjadi suatu kesatuan
4. Terdapat tujuan bersama, sebagai
hasil akhir
5.
Berada dalam suatu lingkungan yang kompleks.
Di dalam sistem itu, terdapat komponen-komponen yang
saling berpengaruh yang sangat menentukan efektivitas kerja sebuah sistem. Ada
tiga komponen sistem, yaitu input, proses (pengolah), dan output. Input
merupakan komponen penggerak, proses merupakan sistem operasi, dan output
menggambarkan hasil-hail kerja sistem.[5]
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi pada Da’i
وَلْتَكُنْ
مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ
وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada diantara kamu
sekalian sebagian orang-orang yang mengajak kepada kebaikan dan menyuruh kepada
perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; Dan mereka
dalah orang-orang yang beruntung”.[6]
Firman Allah di
atas merupakan landasan daripada proses kegiatan dakwan dan penerangan agama
yang harus dilaksanakan dalam masyarakat. Dalam proses itu terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan kegiatan dakwah dan penerangan tersebut agar dapat
berlangsung dengan baik. Faktor-faktor tersbut adalah menyangkut hal hal
sebagai berikut:
1. Pelaksana
dakwah atau penerang agama yang disebut juru dakwah atau penerang agama, di
dalam masyarakat terkenal dengan sebutan para mubaligh (Da’i). Faktor ini
merupakan kuncinya dakwah/penerang agama oleh karena itu ia bagaikan orang yang
memegang alat dakwah. Dan dalam faktor ini terdapat ciri-ciri serta
persyaratan-persyaratan prikologis yang sangat kompleks bagi pelaksana yang
sekaligus menjadi penentu dan pengendali sasaran dakwah/penerangan agama
tersebut.[7]
Ciri dan persyaratan berikut sebagai berikut :
a)
Memiliki keteladanan yang baik
“Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah ada keteladanan
yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan Allahdan Hari
Kiamat dan ia banyak ingat Allah.” (Q.S. Al-Ahzab : 21)
Keteladanan
penting dimiliki olehseseorang karena itu yang tampak pada figur “hidup” yang
ada di hadapan oranglain. Orang lebih mudah menerima jika mereka melihat
seperti apa yang baik,bukan dengan kata-kata beginilah seharusnya manusia
bersikap.
b)
Lembut
“Kelembutan
seorang manusia dapat mendekatkan orang lain kepadanya. “Maka disebabkan rahmat
dari Alloh, kamu bisa lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan
berhati kasar, mereka tentu menjauhkan diri dari sekelilingmu” (Ali Imran:
159).
Secara logika, jika seseorang dijauhi oleh yang lain,
bagaimana mungkin ia bisa menjadi sosok manusia ideal dan sikapnya pantas
diteladani? Kelembutan yang dimiliki tidak hanya ditujukan pada sesama manusia
saja, tetapi kepada semua hal dan semua makhluk ciptaan Allah, kepada hewan,
tumbuhan, dan dalam setiap perilaku.Seperti yang termuat dalam dalil diatas,
kelembutan dapat dimiliki karena rahmat Allah, maka satu-satunya jalan adalah
dengan selalu memohon dan mendekatkan diri kepada Allah.
c)
Hobi
Mengokohkan Hati
Jika seseorang
sudah menjadi baik, ia tidak akan menyimpan kebaikan itu untuk dirinya sendiri,
ia akan berusaha menyebarkan kebaikan ke seluruh umat. Maka dari itu, ciri
ketiga dari sosok manusia ideal adalah hobi mengokohkan hati saudaranya. Cara-cara
yang dapat ditempuh antara lain dengan:
1) Mendekatkan diri dengan Al Qur’an,ini merupakan obat dari
berbagai jenis penyakit
2) Menerima nasihat
3) Taubat dan istighfar
Rasulullah, seorang yang dijamin Allah masuk surga pun
selalu memperbaharui taubatnya setiap malam, apalagi dengan kita yang bukan
apa-apa dan bukan siapa-siapa. Rasulullah menganggap lupa dan malas dzikir
kepada Allah sebagai benda
asing di tubuh dan harus dibersihkan agar hati bersih dan suci dari apa saja
yang mengeruhkan kebeningan ibadahnya.
4) Tadabbur dan Khusyuk
5) Malu
“Malu
termasuk dalam iman.” (H.R.Ahmad), bahkan dalam hadits yang lain dikatakan
“Bila kamu tidak malu berbuatlah sesukamu” (H.R. Ahmad).
Ini merupakan
bentuk sindiran keras bagi orang yang tidak punya malu. Seorang manusia
idealnya menjaga sikapnya, dan orang akan ingat untuk menjaga sikapnya jika
memiliki rasa malu dalam dirinya.
6) Membayar zakatnya hati, dengan amalan-amalan wajib dan
sunnah yang diperintahkan oleh Allah.
7) Berani, yang berupa gelora hati,kemarahan, kebangkitan,
dan ketegarannya.
d) Merasakan Kesertaan Allah
Merasakan kesertaan Alloh adalah ciri asasi seorang da’i
yang dapat menghasilkan sifat-sifat penting yang diperlukan da’i kepada
kebenaran (di antaranya adalah tangguh, tegar, yakin, berani,sabar, dan percaya
diri).
“Cukuplah Allah sebagai Penolong kami dan Allah
sebaik-baik Pelindung” (Q.S. Ali Imran: 173)
Sebaik apapun manusia, dia tidak akan adaapa-apanya jika
ingkar kepada Allah. Itulah sedikit dari ciri manusia(murabbi)
ideal dari salah satu sudut pandang seseorang.. Saya yakin semua orang memiliki
standar sosok manusia ideal bagi dirinya. Yang terpenting adalah semuanya
berdasar pada sifat Rasulullah Muhammad saw.[8]
2.
Objek atau sasaran dakwah yang berupa manusia
yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia beragama sesuai dengan tujuan
dakwah. Obyek tersebut dilihat dari aspek psikologis yang memiliki variebilitas
yang luas dan rumit, menyangkut pembawaan dan pengaruh lingkungan yang berbeda
yang menuntut pendekatan yang berbeda-beda.
3.
Lingkungan dakwah adalah suatu faktor yang
besar pengaruhnya bagi perkembangan sasaran dakwah baik berupa individu maupu
kelompok manusia serta kebudayaan.
4.
Alat-alat dakwah yang disebut juga media
dakwah adalah faktor yang dapat menentukan kelancaran proses dakwah.
5.
Tujuan dakwah adalah suatu faktor yang menjadi
pedoman arah proses yang dikendalikan secara sistematis dan konsisten.[9]
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Seorang da’i
ketika menyongsong kehidupan masa depan dihadapkan oleh satu kenyataan bahwa
sesungguhnya, ditangannya tergenggam berbagai tugas berat. Artinya, ia adalah
pengemban risalah Islam. Beban ini merupakan amanah yang amat mulia dan inti
dari seluruh tujuan dan cita-cita hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Prof. H. M. Ed. Psikologi Dakwah. Jakarta:
Bumi Aksara, 1997.
Faizah, S,Ag, MA, dan Muchsin Effendi, Lalu, H. Lc., M.A.
Psikologi Dakwah. Jakarta: Kencana, 2009.
tulisannya sangat menarik, coba lebih serius lg non nulisnya
BalasHapus